Alhamdulillah, salawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
keluarga, dan sahabatnya.
Anda telah berkeluarga? Bagaimana
pengalaman Anda selama mengarungi bahtera rumah tangga? Semulus dan seindah
yang Anda bayangkan dahulu?
Mungkin saja Anda menjawab, “Tidak.”
Akan tetapi, izinkan saya berbeda
dengan Anda, “Ya,” bahkan lebih indah daripada yang saya bayangkan sebelumnya.
Saudaraku, kehidupan rumah tangga
memang penuh dengan dinamika, lika-liku, dan pasang surut. Kadang Anda senang,
dan kadang Anda bersedih. Tidak jarang, Anda tersenyum di hadapan pasangan
Anda, dan kadang kala Anda cemberut dan bermasam muka.
Bukankah demikian, Saudaraku?
Berbagai tantangan dan tanggung
jawab dalam rumah tangga senantiasa menghiasi hari-hari Anda. Semakin lama umur
pernikahan Anda, maka semakin berat dan bertambah banyak perjuangan yang harus
Anda tunaikan.
Tanggung jawab terhadap putra-putri,
pekerjaan, karib kerabat, masyarakat, dan lain sebagainya.
Di antara tanggung jawab yang tidak
akan pernah lepas dari kehidupan Anda ialah tanggung jawab terhadap pasangan
hidup Anda.
Sebelum menikah, sah-sah saja Anda
sebagai calon suami membayangkan bahwa pasangan hidup Anda cantik rupawan,
bangsawan, kaya raya, patuh, pandai mengurus rumah, penyayang, tanggap, sabar,
dan berbagai gambaran indah.
Bukankah demikian, Saudaraku?
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Biasanya, seorang wanita dinikahi
karena empat pertimbangan: harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya, dan
agamanya. Maka, hendaknya engkau lebih memilih wanita yang beragama, niscaya
engkau beruntung.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Al-Qurthubi menjelaskan makna hadits
ini dengan berkata, “Empat pertimbangan inilah yang biasanya mendorong seorang
lelaki untuk menikahi seorang wanita. Dengan demikian, hadits ini sebatas kabar
tentang fakta yang terjadi di masyarakat, dan bukan perintah untuk
menjadikannya sebagai pertimbangan. Secara tekstual pun, hadits ini menunjukkan
bahwa dibolehkan menikahi seorang wanita dengan keempat pertimbangan itu. Akan
tetapi, hendaknya pertimbangan agama lebih didahulukan.”
Keterangan al-Qurthubi ini semakna
dengan hadits yang diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin Amr al-’Ash radhiyallahu
‘anhu, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ
تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ
يُرْدِيَهُنَّ وَلاَ
تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ
تُطْغِيَهُنَّ وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى
الدِّينِ وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ
دِينٍ
أَفْضَلُ
‘Janganlah engkau menikahi wanita
hanya karena kecantikan parasnya, karena bisa saja parasnya yang cantik
menjadikannya sengsara. Jangan pula engkau menikahinya karena harta
kekayaannya, karena bisa saja harta kekayaan yang ia miliki menjadikan lupa
daratan. Akan tetapi, hendaklah engkau menikahinya karena pertimbangan
agamanya. Sungguh, seorang budak wanita berhidung pesek dan berkulit hitam,
tetapi ia patuh beragama, lebih utama dibanding mereka semua.’” (Hr. Ibnu Majah; oleh al-Albani dinyatakan sebagai hadits
yang lemah)
Akan tetapi, sekarang, setelah Anda
menikah, terwujudkah seluruh impian dan gambaran yang dahulu terlukis dalam
lamunan Anda?
Bila benar-benar seluruh impian Anda
terwujud pada pasangan hidup Anda, maka saya turut mengucapkan selamat
berbahagia di dunia dan akhirat. Bila tidak, maka tidak perlu berkecil hati
atau kecewa.
Saudaraku, besarkan hati Anda,
karena nasib serupa tidak hanya menimpa Anda seorang, tetapi juga menimpa kebanyakan
umat manusia.
عَنْ
أَبِى
مُوسَى
رَضِيَ
اللهُ
عَنْهُ
قَالَ:
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمُلَ
مِنَ
الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ
يَكْمُلْ مِنَ
النِّسَاءِ إِلاَّ
آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ بِنْتُ
عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ
عَائِشَةَ عَلَى
النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى
سَائِرِ الطَّعَامِ
Abu Musa radhiyallahu ‘anhu
menuturkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Banyak lelaki yang berhasil menggapai kesempurnaan, sedangkan tidaklah ada
dari wanita yang berhasil menggapainya kecuali Asiyah istri Fir’aun dan Maryam
binti Imran. Sesungguhnya, kelebihan Aisyah dibanding wanita lainnya bagaikan
kelebihan bubur daging [1] dibanding makanan lainnya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Saudaraku, berbahagia dan berbanggalah
dengan pasangan hidup Anda, karena pasangan hidup Anda adalah wanita terbaik
untuk Anda!
Anda tidak percaya? Silakan Anda
membuktikannya. Bacalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut
ini, lalu terapkanlah pada istri Anda.
لاَ
يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ
كَرِهَ
مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ
مِنْهَا آخَرَ
“Tidak pantas bagi lelaki yang
beriman untuk meremehkan wanita yang beriman. Bila ia tidak menyukai satu
perangai darinya, pasti ia puas dengan perangainya yang lain.” (Hr. Muslim)
Saudaraku, Anda kecewa karena istri
Anda kurang pandai memasak? Tidak perlu khawatir, karena ternyata istri Anda
adalah penyayang.
Anda kurang puas dengan istri Anda
yang kurang pandai mengurus rumah dan kurang sabar? Tidak usah berkecil hati,
karena ia begitu cantik rupawan.
Anda berkecil hati karena istri Anda
kurang cantik? Segera besarkan hati Anda, karena ternyata istri Anda subur
sehingga Anda mendapatkan karunia keturunan yang shalih dan shalihah. Coba Anda
bayangkan, betapa besar penderitaan Anda bila Anda menikahi wanita cantik akan
tetapi mandul.
Demikianlah seterusnya.
Tidak etis dan tidak manusiawi bila
Anda hanya pandai mengorek kekurangan istri, namun Anda tidak mahir dalam
menemukan kelebihan-kelebihannya. Buktikan Saudaraku, bahwa Anda benar-benar
seorang suami yang berjiwa besar, sehingga Anda peka dan lihai dalam membaca
kelebihan pasangan Anda.
Dahulu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam begitu peka dan mahir dalam membaca segala hal, termasuk suasana
hati istrinya. Aisyah mengisahkan,
قَالَ
لِي
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ: إِنِّي
لَأَعْلَمُ إِذَا
كُنْتِ
عَنِّي
رَاضِيَةً، وَإِذَا كُنْتِ
عَلَيَّ غَضْبَى . قَالَتْ: فَقُلْتُ مِنْ
أَيْنَ
تَعْرِفُ ذَلِكَ، فَقَالَ: أَمَّا
إِذَا
كُنْتِ
عَنِّي
رَاضِيَةً فَإِنَّكِ تَقُولِيْنَ لاَ
وَرَبِّ مُحَمَّدٍ، وَإِذَا كُنْتِ
غَضْبَى قُلْتِ
لاَ
وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ. قَالَتْ: قُلْتُ
أَجَلْ
وَاللَّهِ يَا
رَسُولَ اللَّهِ، مَا
أَهْجُرُ إِلاَّ
اسْمَكَ
“Pada suatu hari, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Sungguh, aku mengetahui bila
engkau ridha kepadaku, demikian pula bila engkau sedang marah kepadaku.’
Spontan, Aisyah bertanya, ‘Darimana engkau dapat mengetahui hal itu?’
Rasulullah menjawab, ‘Bila engkau sedang ridha kepadaku, maka ketika engkau bersumpah,
engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Muhammad. Adapun bila engkau sedang
dirundung amarah, maka ketika engkau bersumpah, engkau berkata, ‘Tidak, demi
Tuhan Ibrahim.’’ Mendengar penjelasan ini, Aisyah menimpalinya dan berkata,
‘Benar, sungguh demi Allah, wahai Rasulullah, ketika aku marah, tiada yang aku
tinggalkan, kecuali namamu saja.’” (Muttafaqun
‘alaihi)
Demikianlah teladan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau begitu peka dengan suasana hati istrinya,
sehingga beliau bisa membaca isi hati istrinya dari ucapan sumpahnya. Walaupun
Aisyah berusaha untuk menyembunyikan isi hatinya, tetap bermanis muka,
senantiasa berada di sanding Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dan berbicara seperti biasa, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dapat menebak suasana hatinya dari perubahan cara bersumpahnya. Luar biasa,
perhatian, kejelian, dan kepekaan yang tidak ada bandingnya.
Tidak mengherankan, bila beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
(خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Orang terbaik di antara kalian
ialah orang yang terbaik dalam memperlakukan istrinya, dan aku adalah orang
terbaik di antara kalian dalam memperlakukan istriku.” (Hr. At-Tirmidzi)
Bagaimana dengan Anda, Saudaraku?
Dengan apa Anda dapat mengenali dan meraba suasana hati pasangan Anda?
Saudaraku, tidak ada salahnya bila
sejenak Anda kembali memutar lamunan dan gambaran tentang istri ideal dan
idaman yang pernah singgah dalam benak Anda. Selanjutnya, bandingkan gambaran
istri idaman Anda dengan gambaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang kaum wanita berikut ini,
الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ ،
إِنْ
أَقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا، وَإِنِ
اسْتَمْتَعْتَ بِهَا
اسْتَمْتَعْتَ بِهَا
وَفِيهَا عِوَجٌ
“Wanita itu bagaikan tulang rusuk.
Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah, dan bila
engkau bersenang-senang dengannya, niscaya engkau dapat bersenang-senang
dengannya, sedangkan ia adalah bengkok.”
(Muttafaqun ‘alaihi)
Pada riwayat lain, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ
تَسْتَقِيمُ لَكَ
الْمَرْأَةُ عَلَى
خَلِيقَةٍ وَاحِدَةٍ وَإِنَّمَا هِيَ
كَالضِّلَعُ إِنْ
تُقِمْهَا تَكْسِرْهَا وَإِنْ
تَتْرُكْهَا تَسْتَمْتِعْ بِهَا
وَفِيهَا عِوَجٌ
“Tidak mungkin istrimu kuasa
bertahan dalam satu keadaan. Sesungguhnya, wanita itu bak tulang rusuk. Bila
engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah. Adapun bila
engkau biarkan begitu saja, maka engkau dapat bersenang-senang dengannya,
(tetapi hendaklah engkau ingat) ia adalah bengkok.” (Hr. Ahmad)
Nah, sekarang, silakan Anda mengorek
memori Anda tentang wanita pendamping hidup Anda. Temukan berbagai kelebihan
padanya, dan selanjutnya tersenyumlah, karena ternyata istri Anda memiliki
banyak kelebihan.
Lalu, bila pada suatu hari Anda
merasa tergoda oleh kecantikan wanita lain, maka ketahuilah bahwa sesuatu yang
dimiliki oleh wanita itu ternyata juga telah dimiliki oleh istri Anda. Maka,
bergegaslah untuk membuktikan hal ini pada istri Anda. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
رَأَى
أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَأَعْجَبَتْهُ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ مَعَهَا مِثْلَ
الَّذِي مَعَهَا
“Bila engkau melihat seorang wanita,
lalu ia memikat hatimu, maka segeralah datangi istrimu! Sesungguhnya, istrimu
memiliki seluruh hal yang dimiliki oleh wanita yang engkau lihat itu.” (Hr. At-Tirmidzi)
Demikianlah caranya agar Anda dapat
senantiasa puas dan bangga dengan pasangan hidup Anda. Anda selalu dapat merasa
bahwa ladang Anda tampak hijau, sehijau ladang tetangga, dan bahkan lebih
hijau.
Selamat berbahagia dengan pasangan
hidup yang telah Allah karuniakan kepada Anda. Semoga Allah memberkahi bahtera
rumah tangga Anda.
Sebaliknya, sebagai calon istri,
Anda juga berhak untuk mendambakan pasangan hidup yang tampan, gagah, kaya
raya, pandai, berkedudukan tinggi, penuh perhatian, setia, penyantun, dermawan,
dan lain sebagainya.
Betapa indahnya gambaran rumah
tangga Anda, dan betapa istimewanya pasangan hidup Anda, andai gambaran Anda
ini dapat terwujud. Bukankah demikian, Saudariku?
Saudariku, setelah Anda menikah,
benarkah seluruh kriteria suami ideal yang pernah menghiasi lamunan Anda ini
terwujud pada pasangan hidup Anda?
Bila benar terwujud, maka saya
ucapkan selamat berbahagia di dunia dan akhirat, dan bila tidak, maka tidak
perlu berkecil hati.
Besarkan hatimu, wahai Saudariku!
Percayalah, bahwa pada pasangan hidup Anda ternyata terdapat banyak kelebihan.
Bila selama ini, Saudari ciut hati
karena suami Anda miskin harta, maka tidak perlu khawatir, karena ia penuh
dengan perhatian dan tanggung jawab.
Bila selama ini, Saudari kecewa
karena suami Anda ternyata kurang tampan, maka percayalah bahwa ia setia dan
bertanggung jawab.
Andai selama ini, Saudari kurang
puas karena suami Anda kurang perhatian dengan urusan dalam rumah, tetapi ia
begitu membanggakan dalam urusan luar rumah.
Juga, andai selama ini, sikap suami
Anda terhadap Anda kurang simpatik, maka tidak perlu hanyut dalam duka dan
kekecawaan, karena ia masih punya jasa baik yang tidak ternilai dengan harta.
Ternyata, selama ini, suami Anda telah menjaga kehormatan Anda, menjadi
penyebab Anda merasakan kebahagiaan menimang putra-putri Anda.
Saudariku, Anda tidak perlu hanyut
dalam kekecewaan karena suatu hal yang ada pada diri suami Anda. Betapa banyak
kelebihan-kelebihan yang ada padanya. Berbahagia dan nikmatilah kedamaian hidup
rumah tangga bersamanya.
Berlarut-larut dalam kekecewaan
terhadap suatu perangai suami Anda dapat menghancurkan segala keindahan dalam
rumah tangga Anda. Bukan hanya hancur di dunia, bahkan berkelanjutan hingga di
akhirat kelak.
Saudariku, simaklah peringatan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berikut ini. Agar anda dapat menjadikan bahtera rumah
tangga Anda seindah dambaan Anda.
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ، قِيلَ:
أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ:
يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ
أَحْسَنْتَ إِلَى
إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ
رَأَتْ
مِنْكَ
شَيْئًا، قَالَتْ: مَا
رَأَيْتُ مِنْكَ
خَيْرًا قَطُّ
“Aku diberi kesempatan untuk
menengok ke dalam neraka, dan ternyata kebanyakan penghuninya ialah para
wanita, akibat ulah mereka yang selalu kufur/ingkar.” Spontan, para shahabat
bertanya, “Apakah yang engkau maksud adalah mereka kufur/ingkar kepada Allah?”
Beliau menjawab, “Mereka terbiasa ingkar terhadap perilaku baik, dan ingkar terhadap
jasa baik. Andai engkau berbuat baik kepada mereka seumur hidupmu, lalu ia
mendapatkan suatu hal padamu, niscaya mereka begitu mudah berkata, ‘Aku tidak
pernah mendapatkan kebaikan sedikit pun darimu.’” (Muttafaqun ‘alaihi)
Anda mendambakan kebahagian dalam
rumah tangga?
Temukanlah bahwa kebahagian hidup
dan berumah tangga terletak pada genggaman tangan suami Anda.
Pandai-pandailah membawa diri, sehingga suami Anda rela membentangkan kedua
telapak tangannya, dan memberikan kebahagian berumah tangga kepada Anda.
Percayalah Saudariku, suami Anda
adalah pasangan terbaik untuk Anda.
إِذَا
صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ
لَهَا
اُدْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ
أَيِّ
أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Bila seorang istri telah mendirikan
shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadan, menjaga kesucian dirinya, dan taat
kepada suaminya, niscaya kelak akan dikatakan kepadanya, ‘Silakan engkau masuk
ke surga dari pintu mana pun yang engkau suka.’” (Hr. Ahmad dan lainnya)
Tidakkah Anda mendambakan termasuk
orang-orang mukminah yang mendapatkan kebebasan masuk surga dari pintu yang
mana pun?
Kunci Keberhasilan Rumah Tangga
Saudaraku, mungkin selama ini Anda
bersama pasangan hidup Anda, terus berusaha mencari pola rumah tangga yang
dapat mendatangkan kebahagiaan untuk Anda berdua.
Anda berhasil menemukannya?
Bila Anda berhasil, maka saya
ucapkan selamat berbahagia. Adapun bila belum, maka segera temukan kunci
keberhasilan rumah tangga Anda pada firman Allah berikut,
وَلَهُنَّ مِثْلُ
الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
“Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi, para suami
mempunyai kelebihan satu tingkat daripada istrinya.” (Qs. al-Baqarah: 228)
Hak pasangan Anda setimpal dengan
kewajiban yang ia tunaikan kepada Anda. Semakin banyak Anda menuntut hak Anda,
maka semakin banyak pula kewajiban yang harus Anda tunaikan untuknya.
Shahabat Abdullah bin ‘Abbas
memberikan contoh nyata dari aplikasi ayat ini dalam rumah tangganya. Pada
suatu hari, beliau berkata, “Sesungguhnya, aku senang untuk berdandan demi
istriku, sebagaimana aku pun senang bila istriku berdandan demiku, karena Allah
Ta’ala telah berfirman,
وَلَهُنَّ مِثْلُ
الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
‘Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.’
Aku pun tidak ingin menuntut seluruh
hakku atas istriku, karena Allah juga telah berfirman,
وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
‘Akan tetapi, para suami mempunyai
kelebihan satu tingkat daripada istrinya.’” (Hr.
Ibnu Abi Syaibah dan ath-Thabari)
Bagaimana dengan dirimu, wahai
saudara dan saudariku? Kapankah Anda berdandan? Ketika sedang berada di rumah
atau ketika hendak keluar rumah? Selama ini, sejatinya, untuk siapa Anda
berdandan? Benarkah Anda berdandan untuk pasangan Anda, ataukah Anda berdandan
dan tampil menawan untuk orang lain?
Saudaraku, bahu-membahu, saling
melengkapi kekurangan, dan saling pengertian adalah salah satu prinsip dasar
dalam membangun rumah tangga. Tidak layak bagi Anda untuk berperan sebagai
penonton setia ketika pasangan Anda sedang mengerjakan pekerjaannya. Usahakan
sebisa Anda untuk turut menyelesaikan pekerjaannya. Demikianlah, dahulu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan dalam rumah tangga
beliau.
Aisyah radhiyallahu ‘anha
mengisahkan,
كَانَ
فِي
مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ
الأَذَانَ خَرَجَ
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengerjakan sebagian pekerjaan istrinya, dan bila beliau mendengar suara
azan dikumandangkan, maka beliau bergegas menuju ke mesjid.” (Hr. Bukhari)
Constance Gager, ketua studi
sekaligus asisten profesor di Montclair State University, Montclair, New
Jersey, mengadakan penelitian tentang hubungan perilaku suami-istri dengan
keromantisan dalam bercinta. Ia mengelompokkan para suami yang menjadi objek
penelitiannya ke dalam dua kelompok.
Kelompok pertama adalah suami-suami
yang tidak peduli dan jarang membantu pekerjaan istri. Kelompok kedua adalah
suami-suami yang sering turut serta dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga
istri.
Hasilnya luar biasa! Suami di
kelompok kedua, yaitu yang sering membantu pekerjaan istrinya, terbukti lebih
romantis dan lebih sering memadu cinta dengan pasangannya. Hubungan yang
harmonis dan indah, begitu kental dalam rumah tangga mereka.
Sejatinya, penemuan ini bukanlah hal
baru, karena secara logika, suami yang dengan rendah hati membantu pekerjaan
istrinya pastilah lebih dicintai oleh istrinya. Tentunya, ini memiliki
hubungan erat dengan keromantisan suami-istri dalam bercinta.
Sebaliknya, istri yang peduli dengan
pekerjaan suami, pun akan mengalami hal yang sama.
Nah, bagaimana dengan diri Anda,
wahai Saudaraku?
Selamat membuktikan resep manjur
ini! Semoga berbahagia, dan hubungan Anda berdua semakin romantis dan harmonis.
Semoga tulisan sederhana ini
bermanfaat bagi Anda. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Penulis: Ustadz Arifin Badri, Lc.,
M.A.